Oleh : Alit Bondan *)
Molly Bondan lahir dengan nama gadis Marry Alithea Warner di
Auckland, Selandia Baru pada tanggal 9 Januari 1912. Dibesarkan di
Australia dan menikah dengan Mohamad Bondan, Perintis kemerdekaan
Republik Indonesia yang dibuang oleh Belanda ke Boven Digul bersamasama
Rombongan Bung Hatta dari Tahun 1934 sampai 1943. Ketika Jepang menyerbu
Indonesia, Bung Hatta kembali ke Jawa dan Mohamad Bondan dilarikan ke
Australia. Disanalah mereka bertemu dan menikah pada tahun 1946.
Dengan pesawat Komisi Tiga Negara ( KTN ), Moh.Bondan beserta
keluarga diterbangkan dari Brisbane ke Jogyakarta ( Ibu Kota Republik
Indonesia Masa Itu ) pada tahun 1947. Di Jogyakarta mereka di rumah
dr.Sutarto, adik ipar Bung Hatta dari tahun 1947 sampai dengan 1950.
Moh.Bondan bekerja di Kementrian Perburuhan sedangkan Molly Bondan
bekerja di RRI Jogyakarta di bawah pimpinan Yusuf Ronodipuro, sebagai
penyiar bahasa Inggris untuk siaran berita luar negeri yang
mengumandangkan berita-berita perjuangan Republik Indonesia.
Molly Bondan aktif pada siaran RRI , menulis dan mengajar Bahasa
Inggris, dan karena kedekatannya dengan Bung Hatta, dipercaya Oleh Bung
Karno untuk menterjemahkan pidatopidato kenegaraannya ke dalam Bahasa
Inggris., terutama pidato 17 Agustus sejak Tahun 1950 s/d 1966. Pidato
dalam bahasa Inggris tersebut dimaksudkan untuk konsumsi
diplomat-diplomat asing , wartawan asing dan undangan lainnya dari
negara sahabat yang hadir dan untuk siaran langsung ke luar negeri.
Judul Pidato 17 Agustus Bung Karno yang diterjemahkan Molly Bondan ialah :
- Dari Sabang sampai Merauke ( 1950 ),
- Capailah Tata Tenteram Kerta Raharja ( 1951 ),
- Harapan dan Keyataan ( 1942 ),
- Jadilah Alat Sejarah ( 1953 ),
- Berirama dengan Kodrat ( 1954 ),
- Tetap terbanglah Rajawali ( 1955 ),
- Berilah isi kepada hidupmu ( 1956 ),
- Satu Tahun Ketentuan ( 1958 ),
- Tahun Tantangan ( 1958 ),
- Penemuan kembali revolusi kita ( 1959 ),
- Laksana malaikat yang menyerbu dari langit, Jalannya revolusi kita, ( Jarek ) ( 1960 ),
- Resopim ( 1961 ),
- Tahun kemenangan ( Takem ) ( 1962 ),
- Genta Suara Republik Indonesia ( Gesuri ) ( 1963 ),
- Tahun Vivere Pericoloso ( Tavip ) ( 1964 ),
- Capailah Bintang – bintang di langit ( 1965 ),
- Jangan Sekali-kali meninggalkan Sejarah ( 1966 ).
Selain itu Molly Bondan juga aktif dalam konferensi – konferensi
Internasional sebagai staf Sekretariat dengan tugas menterjemahkan dan
mengurus pidato-pidato para delegasi, antara lain dalam Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada tahun 1955, Juga konferensi Colombo Plan ke 11 di
Jogyakarta pada tahun 1959. Bahan kuliah Bung Karno mengenai
Marhaenisme yang berjudul Shaping and Reshaping Indonesia , yang
dipaparkannya pada tanggal 3 Juli 1957 untu memperingati 30 Tahun
berdirinya Partai Nasional Indonesia juga disusun dengan bantuan Molly
Bondan. Pidato Bung Karno di PBB tahun 1958 dengan judul
To Build The World A New , juga tak lepas dari sentuhan Molly Bondan.
Pengalaman lainnya yang agak unik terjadi tahun 1959 yang dialami
Molly Bondan ditunjuk sebagai penterjemah dalam sidang pengadilan Allan
Laurence Pope , penerbang Amerika yang ditembak jatuh di atas laut
Arafuru setahun sebelumnya. Setelah menjalani tugas dalam persidangan
yang melelahkan, Molly beserta anaknya berlibur selama lima minggu ke
Australia sekaligus menemui ibunda beserta adik-adiknya yang tinggal
disana.
Perpindahan statusnya dari Kementrian Penerangan ke Kementrian Luar
Negeri pada tahun 1960 , tidak banyak mengubah bidang tugas Molly
Bondan. Sebagai Penyiar Radio , tetap mengasuh Rubrik Surat Terbuka dan
serial This is Indonesia di Programa III RRI Jakarta yang ditujukan bagi
orang-orang asing yang tinggal di Indonesia. Sebagai penulis dan
pengajar Bahasa inggris untuk karyawan-karyawan Kementrian Luar Negeri
yang akan ditugaskan, menjadi Atase Penerangan di Luar Negeri tetap
dilaksanakan di samping tugas-tugas dari Bung Karno dan tugas-tugas
mengikuti Konferensi-Konferensi Internasional.
Molly Bondan Ikut serta menyusun Pidato Bung Karno di Konferensi
Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd, Yugoslavia Tahun 1961. Kemudian
pidato Bung Karno pada peringatan 10 Tahun Konferensi Asia Afrika bulan
April 1965 di Bandung. Bulan Juni 1963 membantu delegasi Indonesia pada
pertemuan tingkat Menteri di Manila yang membahas konsep Maphilindo.
Dari Manila diskusi terus dilanjutkan ke Hongkon dan Singapura. Kembali
lagi ke Manila dan ada pertemuan lainnya di Kamboja ( menyatukan
Malaysia, Philipina dan Indonesia ) gagal di tengah jalan.
Ketemu Ayah.
September 1964, Molly Bondan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Non
Blok ke II di Kairo. Keberadaannya di Kairo ini merupakan suatu
peristiwa yang sangat penting baginya. Sebelum keberangkatannya ke
Indonesia Tahun 1947, Ayahandanya telah berangkat lebih dahulu dan
menetap di Inggris. Pada September 1964 itulah kesempatan terakhir ia
bertemu dengan ayahnya yang sedang perjalanan pulang ke Australia dengan
Kapal Laut.
Maret 1965 ke Pnom Penh membantu menyusun pidato Bung Karno untuk
Konferensi di Parlemen Indo China. Sebenarnya ada 2 orang lagi
penterjemah yang bertugas membantu Bung Karno selain Molly Bondan ,
yaitu : Tom Atkinson dan John Coast . Tom Atkinson adalah Orang Inggris
yang menetap di Indonesia sejak Perang Dunia Kedua. Sedangkan John Coast
adalah diplomat Inggris di Bangkok dan tertarik dengan perjuangan
Rakyat Indonesia. Diam-diam dia menyusup ke Ibukota Republik di
Jogyakarta. Tetapi menjelang Tahun 1961 kedua orang Inggris itu satu per
satu kembali ke Negaranya. Tinggallah Molly Bondan Seorang diri menjadi
Penterjemah setia dari Bung Karno dan Republik Indonesia.
Sang Suami Moh.Bondan pensiun dari Departemen Tenaga Kerja pada tahun
1967, dan Molly sendiri menjalani pensiun dari Departemen Luar Negeri
setahun kemudian. Setelah pensiun itu, pernah diminta oleh penerbit
Gunung Agung untuk mengerjakan pekerjaan Editorial Buku
The Smiling General, biografi Presiden Suharto.
Menerbitkan Buletin
Dengan sang suami Molly menerbitkan buletin bulanan Indonesia Current
Affairs, Translation Service Bulletin. Isinya setebal 90 Halaman,
diterjemahkan dari berita-berita koran yang terdiri dari berita politik,
ekonomi, sosial, budaya dan hankam. Untuk itu Moh.Bondan harus membaca
tidak kurang dari 13 koran setiap hari, kecuali minggu , guna memilih
berita-berita yang merefleksikan Indonesia. Dan tugas Molly untuk
menterjemahkannya ke Bahasa Inggris. Sasaran Buletin tersebut ialah
kedutaan-kedutaan asing di Jakarta. Tetapi akhirnya juga menjadi sumber
informasi bagi Universitas-universitas luar negeri yang mempunyai kajian
mengenai Indonesia.
Kesehatan Moh.Bondan mulai menurun pada tahun 1975. Berhubung tidak
ada penggantinya, buletin terpaksa ditutup pada bulan desember 1976.
Molly juga pernah menulis di Koran , seperti
Harian Kami ( 1968 ),
antara lain mengenai Pancasila. Molly juga menyadari bahwa Masyarakat
Indonesia membutuhkan banyak ide-ide mengenai kemanusiaan dan keadilan
sosial yang telah ada di Dunia Barat sejak abad ke 17. Untuk itu beliau
menulis di Kompas sebanyak 11 Artikel berseri selama tahun 1979. Molly
Bondan yang telah mengabdikan hidupnya pada Negara Republik Indonesia
berhenti menulis pada tahun 1980. Beliau mengidap penyakit kanker yang
menyebabkan wafatnya pada tanggal 6 Januari 1990, tiga hari sebelum
ulang tahunnya yang ke 78 dan dimakamkan di Tanah Kusir Jakarta Selatan.
Pada hari itu, datang ke rumah duka untuk melayat, antara lain :
Menteri Luar Negeri Ali Alatas , Menko Kesra Supardjo Rustam, Ibu Rahmi
Hatta , S.K.Trimurti, Ruslan Abdul Gani, Maladi, B.M.Diah ( Tiga
terakhir pernah menjadi Menteri Penerangan , sebagai atasan Molly ),
Duta besar Australia Philip Flood dan lain-lainnya.
Tulisan-tulisannya dalam bahasa Inggris mengenai kebudayaan Indonesia
yang ditik dengan mesin tik manual sebanyak 250 halaman masih tersimpan
rapi di rumah putra tunggalnya, Alit Bondan. Salah satu topik tulisan
almarhum mengenai kebudayaan Indonesia adalah
Island of Golden Heritages : Indonesia.
*) Drs. Alit Bondan M.Kom., adalah anak tunggal Molly dengan Moh.Bondan, dosen SEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN
.
Sumber :
www.sejarah-bondan.net/
http://penanusantara.com